Jumat, 02 Januari 2009

news release

¿½Bukankah hidup ada perhentian?

Tak harus kencang terus berlari,

Kuhelakan nafas panjang

�Tuk siap berlari kembali,

Melangkahkan kaki, menuju cahaya�.�

Buat Padi, musik tak hanya titian karir. Di mana tiap momen ditandai dengan torehan angka penjualan nan spektakuler. Plakat penghargaan, atau bahkan puja puji penuh basa-basi.

Musik adalah hidup mereka. Yang selain manis, banyak pula pahit getir yang suka atau tidak, harus dihadapi. Dilewati. Meski harus berdarah, bermandi peluh, dan penuh jatuh bangun.

Tak heran, tiap album mereka hampir selalu merupakan potret teraktual dari proses hidup yang tengah dijalani. Oleh para personil, baik secara individu ataupun unit.

Tak terkecuali Tak Hanya Diam. Album kelima yang sekaligus menjadi penanda sepuluh tahun karir mereka di blantika musik negeri ini.

Bermodal sepuluh lagu, nyaris tak ada pengulangan ide maupun tema yang ditawarkan di sini. Semua merupakan hasil eksplorasi maksimal, setelah berkontemplasi tak kurang dari dua setengah tahun. (catatan: ini adalah jeda antaralbum terlama sejak album debut Lain Dunia dirilis 1999. Jeda rata-rata adalah dua tahun.)

Simak saja Sang Penghibur yang dijagokan sebagai singel perdana. Sense of urgency dalam intensitas yang cukup tinggi langsung menggedor lewat besetan Ari dan Piyu di bagian intro. Ditingkahi dentuman perkusif yang selama ini menjadi signature Yoyo� dan betotan Rindra yang tight namun groovy, jelas sudah �reformasi� Padi ini terkomunikasikan.

Makin konkret lagi perubahan itu ketika vokal Fadly menyodok masuk. Tidak lagi menggumam, mengeluh bak sedang tersiksa, atau apapun namanya, vokal Fadly seperti kembali pada kondisi primanya. Kadang mengelus, menghantui, sering pula membentak, lalu dengan mudah melengking tinggi untuk kemudian menukik dalam. Ciamik!

Tak salah rasanya waktu itu vokalis satu ini sempat digelari sebagai salah satu vokalis terbaik negeri ini.

Tidak ada komentar: